Kamis, 16 September 2010

Jalan Jalan di Kota Tokyo

Jalan-Jalan di Pedestrian Crosswalk Kota Tokyo

Bisa Dipakai Bersepeda, Warga Malu Merokok sambil Jalan
Tokyo memiliki pedestrian yang layak dicontoh, terutama oleh Surabaya yang belakangan gencar membangun jalur khusus itu di kawasan pusat kota. Seperti apa? Berikut laporan wartawan Jawa Pos Leak KOESTIYA dan FIRZAN SYAHRONI yang baru pulang dari ibu kota Negeri Sakura itu.
---------------------------

SEBAGIAN warga Surabaya mungkin mengenal kata pedestrian hanya sebagai sarana pejalan kaki. Maklum, konstruksi pedestrian di kota ini memang mirip dengan trotoar biasa. Lebarnya hanya 2-3 meter, tanpa fasilitas pendukung. Yang membedakan hanya soal warna. Trotoar didominasi warna abu-abu seperti warna semen atau paving stone, sedangkan pedestrian berwarna merah kecokelatan.

Di Ginza, salah satu kawasan di Tokyo yang menjadi pusat belanja, pedestrian didesain bukan hanya untuk pejalan kaki. Pengendara sepeda angin juga bisa memanfaatkan jalur yang lebarnya sekitar 5-7 meter itu. Sebagian penduduk Tokyo memang memilih sepeda sebagai sarana transportasi mereka. Sekalipun mengenakan jas atau kemeja mahal, mereka tidak sungkan mengendarai sepeda ke kantor. Karena itu, jangan heran jika kompleks-kompleks perkantoran dilengkapi dengan lahan parkir khusus sepeda.

Pada sisi pedestrian yang berimpitan dengan jalan raya, dipasangi pagar pembatas dari besi. Pagar tersebut juga berfungsi sebagai tempat parkir dan mengunci sepeda. Setiap jarak 50 meter, dibangun taman kecil. Di dekatnya dipasangi dua bak sampah. Satu untuk sampah kering, satunya lagi khusus basah.

Pemkot Tokyo terlihat sangat konsisten menjaga pedestrian sesuai fungsinya. Tidak tampak satu pun reklame di sana. Papan-papan pariwara itu hanya bisa dijumpai pada dinding-dinding toko.

Pedestrian di jalur-jalur utama Tokyo juga dilengkapi jalur khusus bagi penyandang tunanetra. Jalur tersebut berbintik-bintik kuning dengan lebar sekitar 40 sentimeter. Para tunanetra bisa berjalan di jalur berbintik itu dengan aman. "Pedestrian di sini memang didesain bisa dinikmati semua kalangan, termasuk penyandang cacat. Maka, desain dan konstruksinya sangat akomodatif," ujar Masayuki Tanaka, warga Jepang yang menemani Jawa Pos berkeliling Tokyo.

Akomodatif? Ya, pedestrian di Tokyo memang sangat akomodatif, bahkan bagi para perokok. Hampir setiap 100 meter, disediakan tempat merokok. Tapi, jangan membayangkannya seperti ruangan khusus di bandara atau hotel-hotel. Lokasi merokok di pedestrian hanya ditandai dengan satu rambu bertulisan Smoking Area dan bak penampung abu rokok. Tidak ada tempat duduk atau bangku panjang yang bisa dipakai kongko-kongko.

Jepang memang menerapkan aturan unik soal rokok. Mereka tidak pernah melarang orang merokok secara kaku. Buktinya, beberapa sudut kota dilengkapi mesin penjual rokok otomatis. Tinggal memasukkan koin seharga rokok yang dimaksud ke dalam mesin itu, lalu pencet tombol, keluarlah sebungkus rokok. Selama tidak ada rambu dilarang merokok, orang boleh merokok. Yang dilarang hanya merokok sambil berjalan. Rambu larangan itu bertebaran di banyak tempat. Salah satunya di Akihabara, daerah di Tokyo yang dikenal sebagai pusat pertokoan elektronik. Di kawasan tersebut, rambu itu digambar di pedestrian hampir setiap 25 meter. Tulisannya: Do Not Smoke While Walking. Luas gambar itu kira-kira sama dengan tegel keramik berukuran 40 x 40 cm. Kendati tidak ada embel-embel sanksi, aturan tersebut tampaknya ditaati warga Tokyo. Selama sepekan berkeliling Tokyo, kami belum pernah menjumpai orang merokok sambil berjalan.

Sebenarnya banyak anak muda Tokyo yang merokok. Tapi, mereka patuh pada peraturan itu. Biasanya, para perokok mengantongi asbak kecil. Asbak mini tersebut dijual di setiap toko rokok. Bentuknya sangat variatif. Ada yang mirip dompet, botol kecil, bahkan mirip bungkus rokok. Pantas, kebersihan pedestrian selalu terjaga.

"Tanpa diancam denda atau sanksi lain, warga Jepang taat pada aturan merokok. Mereka merasa malu kalau melanggar rambu. Bagi warga Jepang, rasa malu itu jauh lebih mahal daripada denda," jelas Tommy Wong, warga Bogor yang sudah 21 tahun tinggal di Tokyo.

Di bawah pedestrian dibangun saluran pembuangan air menuju laut. Di bawahnya lagi, ada "rongga" besar yang menjadi perlintasan kereta api bawah tanah (subway). "Di bawah pedestrian dan jalanan Tokyo, ada subway dan mal berlantai lima di bawah tanah. Dalamnya sekitar 70 meter," jelas Tommy Wong.

Sulit membayangkan ada proyek sebesar itu di bawah tanah. Benak kami tiba-tiba melayang kembali ke Surabaya. Sejak sepuluh tahun lalu, pemkot sudah menjalin kerja sama (sister city) dengan Pemkot Kochi, salah satu kota di Jepang. Kini, juga sedang dijajaki kerja sama dengan Pemkot Kitakyusu.

Para pejabat pemkot maupun anggota DPRD Surabaya sering kunker ke kota-kota di Jepang. Lalu, kami tersenyum begitu teringat proyek pedestrian selebar tiga meter di Jl Embong Malang yang bertahun-tahun macet karena ketidakpastian garis sempadan. (*)

Peradaban Mobil (Jepang)

Peradaban Mobil


Soichiro Honda lahir sebagai anak seorang pandai besi, Gihei Honda, pada 1906 di sebuah desa kecil bernama Komyo, Jepang. Saat berusia 16 tahun, dia bekerja pada bengkel Art Shokai. Dia tidak bekerja sebagai mekanik, namun tenaga cleaning service dan pengasuh bayi pemilik bengkel. Setelah enam tahun belajar mesin diam-diam sambil mengasuh anak majikan, dia akhirnya dipercaya membuka bengkel.

Dari sebuah bengkel sederhana, Soichiro Honda menggagas kendaraan bermotor yang ideal buat kita semua. Dia mengganti velg jari-jari kayu dengan jari-jari logam dan membuat ring piston yang keawetannya sempurna. Karena gagal dan gagal, Soichiro Honda akhirnya kembali ke sekolah ketika berusia 28 tahun setelah bergulat dengan berbagai macam percobaan. Di tengah kecamuk perang dunia, dia mengutak-atik mesin bekas peralatan tempur untuk diubah menjadi kendaraan bermotor. Prototipe pertamanya lahir pada Agustus 1948 yang dinamai "Dream". Di Tokyo Motor Show 2007, Honda menampilkan koleksi sepeda motor dan mobil terbarunya di dua stan yang terpisah. Tak terlihat sudah kesengsaraan yang dilalui Soichiro Honda ketika perusahaan otomotif itu dimulai.

Di Hamamatsu, Jepang, juga lahir Genichi Kawakami. Pemuda tangguh yang akhirnya menjadi pendiri Yamaha. Hamamatsu adalah sebuah kota yang sekarang boleh dibilang kota Yamaha. Hotel tertingginya berbentuk alat musik tiup terompet, pintu-pintu lift-nya dihias dengan ornamen tangga nada. Lantai keramik hitam putih disusun menyerupai tuts-tuts piano. Yamaha memang hanya membuat alat-alat musik sebelum akhirnya memproduksi mesin mobil, sepeda motor, mobil salju, robot industri, pendingin ruangan, dan lainnya. Itulah kenapa logo sepeda motor Yamaha bergambar garpu tala. Di tangan Genichi Kawakami, kini Yamaha menjadi pesaing ketat Honda.

***

Sepeda motor, mobil, dari tidak ada menjadi ada, lahir dari sebuah janin yang disebut impian. Saya bukan pencipta mobil. Namun, di zaman semodern ini, untuk bisa memiliki sebuah mobil, ternyata saya harus melalui proses yang tak kalah sengsara seperti Soichiro Honda maupun Genichi Kawakami. Bersekolah sekian tahun lamanya, merantau begitu jauhnya, bekerja siang malam, menjual TV, baru saya bisa membeli sebuah mobil. Mobil bekas, tentu. Sudah bekas, pakai ngangsur pula. Saya sungguh tak akan lupa dengan prestasi besar dalam hidup saya dengan mobil pertama saya itu. Bukan karena dengan bermobil saya menjadi enak dan lebih bahagia hidup saya, tapi mobil itu betul-betul menyengsarakan saya. Indonesia punya dua musim, kedua-duanya sangat tak ramah dengan mobil saya. Kalau kemarau sungguh betapa panasnya, kalau musim penghujan saya basah semua.

Karena tak dilengkapi AC, kaca depan kemudi akan mengembun jika mengemudi pada saat hujan. Karena itu, saya selalu menyediakan handuk kecil sebagai pengelapnya. Mengemudi sambil mengelap kaca, selain berbahaya, tentu repot. Alternatifnya, kaca jendela dibuka. Risikonya, pengemudi basah semua! Kesengsaraan lain adalah ketika mogok. Begitu banyak komponen yang telah aus karena ia adalah mobil tua. Saya selalu berpikir dua kali jika hendak membuat mobil itu hidup kembali. Mencari bengkel yang punya kesabaran tinggi dan mencari spare part yang telah langka.

Mobil Anda adalah Anda, kata sebuah filsafat. Menurut saya, ada benarnya juga, terutama buat saya. Melihat mobil pertama saya waktu itu, sungguh saya melihat diri saya yang sesungguhnya. Bangkrut, gampang mogok, keropos di dalam, kegedean ban, tak bisa lari, catnya pudar, asapnya pedas di mata adalah jati diri saya. Dengan memandangi mobil berengsek penuh kenangan itu, saya betul-betul seperti melihat cermin yang memantulkan gambaran tentang diri saya. Karena itu, saya betul-betul menyayanginya. Tidak kotor pun, kadang saya cuci.

Suatu kali, ketika mobil itu saya pakai untuk pulang kampung ke Jawa Tengah dari Surabaya, saya jadi tahu kenapa mobil tersebut punya sebutan Kotrik (jangkrik). Melewati jalan Bojonegoro yang penuh lubang dan bergelombang, ia begitu sempurna mengguncang siapa saja yang ada di dalamnya. Anak saya muntah-muntah, istri saya memberikan peringatan keras. "Saya tak mau hamil lagi kalau tak kau jual mobil ini," katanya setengah mengancam. Mobil berlari berguncang-guncang seperti jangkrik!

Di Jepang, naik kereta, naik mobil, jalan kaki, atau naik sepeda pancal adalah pilihan semata. Bermobil bukan berarti lebih tebal dompetnya. Sepeda pancal banyak disuka karena mereka ingin sehat. Naik kereta lebih praktis karena tiketnya murah dan tepat waktu. Filsafat: Anda adalah mobil Anda kurang ngefek di Jepang sana. Di jalanan mobil terlihat baru semua. Orang Jepang sungguh tak khawatir mobil yang dikemudikannya dinilai lewat. Mereka justru lebih takut kalau sehari-hari disetir istrinya. Selesai kerja harus segera pulang, tak boleh karaoke, minum bir, dan belok ke mana-mana. Anda termasuk suami yang menyetir atau disetir? (Leak@jawapos.com)

Menikmati Tokyo, . . .

Menikmati Tokyo, Mengintip Etalase Denyut Gaya Hidup Jepang (1)

Mal Berdiri 200 Tahun sebelum Perang Diponegoro
Di sela-sela liputan Tokyo Motor Show 2007 bersama Yamaha, Leak Koestiya dan Firzan Syahroni mengamati Tokyo sebagai pusat nadi kemajuan Jepang. Dan, Tokyo adalah etalase gaya hidup modern sejak ratusan tahun lalu.
--------------

JEPANG maju dalam hal teknologi, kita semua tahu. Olah karya tangan-tangan kreatif dari Negeri Sakura berupa barang-barang elektronik, mesin, mobil, sepeda motor, alat-alat rumah tangga telah menguasai pasar dunia. Jepang, negeri yang acap digoyang gempa itu, sejak dulu sepertinya memang diciptakan untuk terus mencipta.

Keluar dari Bandara Narita menuju Tokyo, di kiri kanan jalan terlihat dinding memanjang setinggi kurang lebih enam meter. Dinding beton keabu-abuan bermotif garis-garis itu membuat siapa saja yang melintas di sepanjang jalan menuju Tokyo tidak bisa melihat perumahan penduduk yang ada di samping jalan.

Ternyata, dinding itu adalah buah protes para penduduk yang kampungnya dilintasi jalan tol dari Tokyo ke Bandara Narita. Warga sepanjang jalan itu memprotes pemerintah karena lalu lintas mobil di jalan tol membuat tidur tidak bisa nyenyak. Suara bising membuat penduduk merasa hidupnya tidak nyaman dan terganggu.

Jalan keluarnya, diciptakanlah dinding peredam bising sepanjang kurang lebih 180 kilometer. Dinding abu-abu itu ternyata mampu meredam hingga 80 persen kebisingan yang disebabkan laju mobil dan suara knalpot berbagai kendaraan yang lewat. Protes penduduk teredam karena mereka yang tinggal di sebelah kanan-kiri jalan tol bisa kembali tidur dengan nyenyak. Sekarang, hampir semua jalur tol di Jepang yang melintasi kawasan perumahan penduduk dilengkapi dengan peredam suara serupa.

Bukan hanya jalan menuju bandara yang diprotes. Kebisingan Bandara Narita pun diprotes. Bandara internasional itu pun harus mengalah. Setiap hari, pukul 23.00 sudah harus tutup. Agak dramatis, memang. Di Jepang, yang bisnis adalah segala-galanya, ternyata masih bisa mengalah kepada warga yang ingin pulas mendengkur.

Tapi, protes demi protes itu tidak menghentikan daya kreasi Jepang. Di Tokyo, sekarang sedang dibangun jalur kereta cepat bawah tanah yang ke-13. Jalur yang paling bawah terdiri atas empat tingkat, kira-kira berada di kedalaman 70 meter di bawah permukaan tanah. Kereta-kereta itu tak ubahnya cacing-cacing raksasa di bawah metropolitan Tokyo yang mengangkut para penumpang ke berbagai penjuru dengan kecepatan tinggi. Sinkanzen, kereta berkecepatan tinggi itu, beroperasi sejak 1927.

Sebagai jantung Negeri Sakura, Tokyo tidak hanya modern dan canggih, tapi juga modis sejak 400 tahun yang lalu! Di Ginza, kawasan perbelanjaan yang paling banyak dikunjungi wisatawan, bahkan telah berdiri sebuah mal perbelanjaan yang didirikan pada tahun 1611. Ingat, Perang Diponegoro pun baru akan dimulai 200 tahun kemudian, yakni 1825. Mal itu masih kukuh berdiri hingga sekarang meski, tentu, telah mengalami renovasi berkali-kali. Sebagai tanda bangga, di kain kanopi pintu masuk ditulis besar-besar since 1611. Nama mal itu Matsuyakaya. Guide yang biasa mengantar para pelancong dari Indonesia sering menyebut Matsuyakaya sebagai singkatan dari: yang bisa masuk ya yang kaya. Matsuyakaya adalah ikon Ginza, pusat shopping yang terkenal itu. Mal delapan lantai itu bahkan sangat "dituakan" dan dihormati. Itulah kenapa, di main street Ginza hingga sekarang tidak ada mal yang dibangun melebihi ketinggian Matsuyakaya. Gedung perkantoran, hotel, dan lainnya boleh tinggi menggapai langit. Tapi, mal cukup delapan lantai.

Meski tua, mal itu tetap gesit dalam membidik pasar. Musim dingin di Jepang akan mencapai puncaknya kira-kira tiga minggu lagi. Outlet-outlet di Matsuyakaya umumnya menyambut dengan memajang rancangan pakaian berbahan tebal dan hangat. Sisa-sisa pakaian kemarin kini diobral di lantai paling atas, yaitu lantai delapan. Dengan cara itu, diharapkan para pengunjung yang hendak membeli pakaian yang didiskon melewati semua lantai di bawahnya.

Ginza adalah kawasan supermahal. Hanya butik-butik pakaian ternama yang boleh memajang dagangannya di sepanjang jalan utama. Pemerintah setempat menerapkan persyaratan ketat terhadap para produsen pakaian yang hendak menyewa tempat itu untuk memajang dan menjual karyanya. Misalnya, boleh membuka outlet di Ginza asal juga membuka cabangnya di Paris, London, dan New York. Aturan itu diterapkan agar kelas butik-butik di kawasan tersebut tidak merosot dan citra Ginza sebagai kawasan belanja kelas dunia terus terjaga. (bersambung)


Menikmati Tokyo, Mengintip Etalase Denyut Gaya Hidup Jepang (2- Habis )

Parkir Sembarangan Didenda Rp 27 Juta
Sebagai kota metropolitan, Tokyo sungguh kenyang dengan cobaan gempa. Bumi yang kerap berguncang membuat Jepang terus belajar beradaptasi dan memahami perilaku tanahnya yang kerap bergoyang. Sebagai penyangga beribu gedung pencakar langit, Tokyo tentu paling repot.

Setiap bulan Tokyo tak pernah luput dari catatan goyangan gempa bumi, meski dalam skala kecil. Tapi, umumnya warga sudah tak memedulikan lagi getaran-getaran yang terjadi pada tanah tempat mereka berpijak. Karena, arsitektur bangunan, jaringan kabel telepon, instalasi listrik, rel-rel bawah tanah, semua telah dirancang dan diciptakan sebagai sebuah struktur yang tahan gempa. Karakter gempa bumi di Jepang adalah bumi yang bergerak maju mundur dan ke kanan ke kiri.

Karena itu, semua gedung di Tokyo, baik pencakar langit maupun yang hanya beberapa tingkat, semuanya didirikan sebagai bangunan independen. Antara satu toko dan toko lain, antara satu gedung dan gedung lain, selalu terdapat jarak pemisah kira-kira 15 sentimeter. Ruang itu fungsinya, jika tanah bergerak ke kanan-ke kiri, atau maju mundur, bangunan-bangunan tetap bisa bergerak dengan elastis. Yang paling ditakuti adalah gempa bumi dengan gerakan turun naik. Terakhir gempa jenis ini terjadi di Kobe pada 1995. Kekuatannya di atas 7 skala Richter, menyebabkan semua bangunan luluh lantak dan lima ribu lebih penduduknya meninggal.

Bom atom yang dahsyat menyayat, gempa hebat bertubi-tubi, tradisi yang kuat, dan tanah sempit adalah pelatuk-pelatuk penting yang membuat Jepang menjadi semaju sekarang. Luka menganga di Hiroshima dan Nagasaki adalah spirit untuk meraih berbagai kemajuan. Tokyo, misalnya, sebagai New York-nya Jepang, seperti tak pernah luntur dengan tradisi, sopan santun sekaligus disiplin yang kuat. Hingga Tokyo menjadi seperti sekarang pun, nilai manusia seperti tak pernah melorot peringkatnya. Tradisi menghargai dan menghormati orang lain begitu kuat. Selama sepekan di Tokyo, kami berlima bersama tim marketing Yamaha Indonesia, baru mendengar klakson mobil berbunyi sekali pada hari ketiga. Pengendara mobil, pengguna sepeda motor, pejalan kaki, tak ada yang merasa diri lebih tinggi dan lebih penting. Terburu-buru boleh, tapi harus tetap taat rambu. Pejalan kaki tak perlu tengok kanan tengok kiri bila hendak menyeberang. Asal lampu rambu pejalan kaki menyala hijau, hak atas zebra cross sebagai tempat menyeberang sepenuhnya menjadi milik pejalan kaki. Kekhawatiran bakal ditabrak mobil yang main serobot karena alasan terburu-buru sungguh hal yang dianggap tak beradab. Karena itu, pelakunya bakal diganjar hukuman dan rasa malu yang amat sangat beratnya.

Mau tahu seberapa berat hukuman bagi pelaku pelanggaran aturan dan etika berlalu lintas? Sebagai kota yang minim lahan, mencari tempat parkir adalah hal yang sangat susah. Bila mobil diparkir di tempat yang tidak semestinya, pengemudi akan kena denda kurang lebih Rp 27 juta. Warga Jepang sungguh paling hobi minum bir. Sepulang kerja biasanya tak langsung meluncur ke rumah, tapi terlebih dulu makan malam di restoran sambil minum bir atau berkaraoke. Lewat tengah malam mereka baru selesai ngebir. Kalau kedapatan mengemudi mobil dalam keadaan mabuk karena pengaruh alkohol, pengemudi bakal didenda sekitar Rp 100 juta. Pengemudi mobil di Tokyo diberi batas pelanggaran dalam setahun, yaitu enam poin. Parkir sembarangan di samping didenda 27 juta rupiah, poin akan berkurang. Poin terberat adalah bila mengemudi sambil teler. Pelakunya bakal kehilangan empat poin. Nah, kalau setahun seseorang kehilangan lebih dari enam poin, pelakunya bakal dilarang mengemudi setengah tahun dan SIM ditahan. Itu pun belum cukup. Selama setengah tahun itu si pelanggar tiap dua minggu sekali diwajibkan datang ke kantor polisi untuk menyaksikan tayangan video tentang bagaimana mengemudi yang baik dan benar.

Tradisinya kuat, digitalnya hebat. Sulit kita menjumpai polisi lalu lintas yang berdiri di perempatan atau pojok-pojok jalan. Tapi, pelanggar ketertiban hampir pasti terekam kelakuan buruknya. Setiap sudut kota dilengkapi kamera CCTV untuk merekam aneka kesibukan, termasuk hal-hal yang berbau pelanggaran dan kejahatan. Gerbang-gerbang tol tanpa harus ada penjaga yang menunggui. Semua mobil yang melintas akan direkam pelat nomornya secara cepat dengan scanner digital meski mobil melaju dengan kecepatan tinggi sebelum melewati palang pintu tol.

Kalau saat makan malam terlalu banyak minum bir hingga jadi mabuk tapi tetap ingin pulang? Hati-hati, polisi yang bertugas malam selalu dilengkapi tester untuk mengetahui apakah pengemudi habis menenggak minuman beralkohol atau tidak. Cukup buka mulut lalu embuskan napas. Seketika itu juga bakal diketahui positif mabuk atau tidak. Kalau mabuk tapi tetap ingin sampai ke rumah dengan selamat? Di Tokyo banyak biro jasa yang menyediakan sopir yang akan mengantar para pemabuk pulang bersama mobilnya. (Leak Koestiya/Firzan Syahroni). jawa pos.

Sedikit Tidur, itu Lebih Baik

Oleh : Ir. Abdeldaem Al Kaheel

Tidur selama delapan jam setiap hari atau hampir setiap hari, sudah lama dianggap sebagai rentang waktu tidur yang ideal sebagai waktu yang diperlukan oleh tubuh manusia.Tetapi penelitian baru mengatakan, bila tidur selama itu jika dilakukan setiap hari atau hampir setiap hari, justru lebih dapat mempersingkat masa hidup. Sebuah studi yang dilakukan atas lebih dari satu juta orang yang tidur delapan jam atau lebih dalam sehari menunjukkan mereka meninggal di usia yang lebih muda dari rekan-rekan mereka yang tidur dengan jam yang lebih sedikit.

Sebagaimana tidur empat jam setiap hari atau hampir setiap hari, juga kemungkinannya untuk meninggal lebih cepat. Tapi mereka yang tidur enam jam sehari, menurut penelitian dapat hidup lebih lama. Para Ilmuwan di University of California mengatakan, studi ini menunjukkan hubungan antar jarak waktu tidur dan tingkat kematian yang tinggi. Namun, tim peneliti belum berhasil mendapat jawaban di balik hubungan ini.

Profesor Jim Horne dari Sleep Research Centre di University of Loughborough mengatakan, bahwa mereka yang berpendapat tidur lama, itu tidak benar. Kami dapat mengkorfirmasi bahwa tidur enam atau tujuh jam satu hari sudah cukup lama. Jarak waktu atau jam tidur yang dibutuhkan oleh tubuh adalah jika Anda dalam kondisi terjaga lalu merasa ingin untuk tidur di siang hari.

Lagi-lagi, kita ucapkan Subhanallah. Al Qur’an telah diturunkan di tengah masa, di mana banyak sekali utopi yang menyebutkan bahwa tidur dalam waktu lama itulah yang paling baik. Sampai datang penelitian di abad 21 yang menegaskan bahwa waktu tidur yang pendek itulah yang lebih baik bagi manusia. Bukankah ini seperti yang telah ditegaskan dalam Al Qur’an di banyak ayat-ayatnya saat menerangkan tentang salah satu kebiasaan orang-orang yang bertakwa :

“Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (QS Adz-Szariyat : 17-18)

Seperti itu juga ALLah swt memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk tidak banyak tidur, dan mengganti apa yang telah dikurangi dari waktu tidur di malam, pada waktu siang. ALLah swt berfirman :

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih bereksan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).” (QS Al Muzzamil : 1-7)

Dalam ayat ini dijelaskan perintah untuk tidak banyak tidur di waktu malam, dan menggantikannya di waktu siang. Ini juga menegaskan apa yang telah ditemukan para peneliti saat sekarang. Sejumlah penelitian menyatakan bahwa serangan jantung umumnya datang setelah pagi hari sampai terbitnya matahari. Kita jadi mengerti kenapa Nabi yang mulia itu melewati waktu paginya hingga matahari terbit, dengan berdzikir, bertsbih dan tilawah Al Qur’an.

Ada lagi penelitian lain yang menjelaskan bahwa bangun di tengah malam itu bermanfaat bagi kesehatan, khususnya bagi jantung. Tidur yang panjang akan merusak dan membahayakan jantung. Jantung terkadang kekurangan oksigen akibat tidur yang terlalu lama, dan karenanya para ilmuwan mengatakan : “Bangun di malam hari, meski hanya satu kali, itu bermanfaat bagi jantung untuk memasok oksigen yang memadai dan untuk menghindari kematian mendadak.

Subhanallah. Ini juga telah dikonfirmasikan oleh Al Qur’an dan Rasulullah saw, ketika ia bangun di malam hari untuk tafakkur terhadap penciptaan ALLah swt, dan melakukan shalat malam.

Tidur di Siang Hari, Sama Pentingnya dengan Tidur di Malam Hari

Para peneliti mengatakan tidur siang hari sebentar — yang disebut dalam Islam dengan istilah qailulah – itu sangat berguna, sama seperti tidur di malam hari. Mereka mengatakan, bahwa dari perspektif perbaikan sikap dan perilaku, tidur siang berguna, sama sebagaimana tidur malam, terkait dengan fungsi kognitif seesorang. Sebuah tim peneliti dari Universitas Lubech, Jerman, melakukan tes diagnostik pada 52 sukarelawan. Para sukarelawan diminta untuk tidur dalam rentang waktu tertentu, tanpa membedakan waktu siang atau malam. Dan hasilnya, kondisi mereka sama dan tidak berbeda.

Di sini kita diingatkan kembali ingat dengan apa yang disampaikan oleh Al Qur’anul Karim, untuk tidur di malam hari dan siang hari. Bahkan tidur siang sebentar itu tidak kalah pentingnya sebagaimana tidur malam.

“Dan di antara ayat-ayat-Nya tidur di malam hari dan siang hari.”

Ini adalah tanda keajaiban Al Qur’an sebagai Kitab yang diturunk an dari ALLah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Karena informasi ini baru bagi para ilmuwan, bahkan mereka tidak tahu pentingnya tidaur siang kecuali di abad kedua puluh satu. Sedangkan Al Qur’an telah menekankan pentingnya tidur malam dan siang, sebagai suatu keajaiban dan tanda kekuasaan ALLah, sejak empat belas abad lalu!

Subhanallah. Apakah setalah semua fakta ini masih ada yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah karangan manusia?

Memori Otak Lemah, Saat Seseorang Baru Saja Bangun Tidur

Para ilmuwan Universitas Harvard melakukan penelitian terkait hubungan antara memori ingatan dan tidur. Mereka menggunakan alat scan resonansi MRI fungsional magnet, hingga mereka mendapati adanya aktivitas otak di kawasan yang spesifik. Kemudian aktivitas itu bergerak ke wilayah kedua dan begitulah seterusnya bahwa otak melakukan penataan informasi, berkoordinasi, dan menyimpan informasi sehingga mudah diambil kembali setelah seseorang bangun dari tidur. Namun studi selanjutnya menunjukkan bahwa fokus otak seseorang ada pada tahap minimum ketika ia baru saja bangun tidur. Dibutuhkan waktu antara 15-30 menit untuk dapat mengembalikan kemampuan pikiran. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar seseorang segera setalah bangun tidur melakukan beberapa latihan ringan untuk memulihkan aktivitas otak.

Di sini, kita juga bisa memahami mengapa Nabi saw banyak mengingat ALLah langsung setelah bangun dari tidur. Beliau kemudian berwudhu, berdo’a, lalu shalat. Jadi beliau menggunakan bagian waktunya setelah tidur untuk berdo’a dan berdzikir, sebelum melakukan aktivitas lain atau menentukan keputusan. Jika ktia kaji pandangan para ilmuwan dewasa ini, mereka menegaskan bahwa memori manusia berada pada posisi terendah setelah baru saja bangun dari tidur.

Para peneliti memperingatkan dokter yang berjaga malam, juga petugas pemadam kebakaran dan pekerja di malam hari yang pekerjaannya membutuhkan pengambilan keputusan penting setelah bangun. Disarankan mereka untuk tidak mengambil keputusan atau tidak mengambil tindakan apapaun sampai setelah seperempat jam setelah bangun tidur.

Itu sebabnya ALLah berfirman :

“ALLAh memegang jiwa (seseorang) pada saat kematiannya dan jiwa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur, maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) ALLah bagi kaum yang berpikir.” (QS Az-Zumar : 42)

Ayat ini menjelaskan tentang pentingnya tidur dan kaitan antara tidur dengan mati. Karena itu, kita harus perhatikan kondisi tidur kita, dengan berdzikir kepada ALLah swt sebelum tidur dan setelah bangun dari tidur. Bercermin pada apa yang dilakukan Rasulullah saw.

Apa Pelajaran yang Kita Petik dari Studi ini?

1. Jangan terlalu banyak tidur, dan bangunlah di saat shalat Subuh. Ini akan menambah kekuatan jantung dan meningkatkan kesehatan serta menambah kegairahan untuk beraktivitas. Gantilah sebagian kekurangan tidur kita di waktu malam dengan tidur sejenaj di waktu siang.

2. Manfaatkan waktu tidur kita dengan mendengarkan tilawah AL Qur’an murattal. Otak akan bekerja menyimpan ayat-ayat yang dibacakan itu saat kita tidur. Ini adalah salah satu cara untuk membantu kita menghafal Kitabullah. Saya menerapkan cara ini dan saya telah mampu menghafal Al Qur’an tanpa kesulitan yang berarti. Alhamdulillah.

3. Hal pertama yang harus dilakukan setelah bangun langsung adalah berdo’a sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw,

“Segala puji bagi ALLah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nyalah kami dikumpulkan.”

Lalu berwudhulah, shalat sekitar 15 menit minimal. Aktivitas seperti ini akan menambah kemampuan kita untuk bisa tepat mengambil keputusan penting dalam hidup.

Akhirnya, saya memohon kepada ALLah swt agar mengokohkan ktia di atas kebenaran ini. Menjadikan seluruh kemukjizatan ini sebagai sarana yang bisa meyakinkan hati siapapun yang ragu terhadap hakikat Islam. Agar mereka mengetahui kemuliaan agama ini. Agar mereka tahu kasih sayang yang telah dibawa Rasulullah saw.

Saya tutup artikel ini, dengan firman ALLah swt,

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagaian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (QS Ar-Rum : 23).

Islam KTP


Istilah di atas, yang sejak lama kita kenal, kini tidak banyak lagi digunakan. Yang disebut Islam KTP adalah orang yang di dalam KTP disebut beragama Islam, tetapi dianggap bukan pemeluk Islam yang taat karena tidak menjalankan ibadah ritual seperti salat, zakat, atau haji.

Kalau mereka berpuasa dan berderma, mungkin tidak seluruh puasa dan derma itu sama dengan puasa dan zakat yang sesuai dengan syariat Islam. Terkesan istilah Islam KTP bermaksud menunjukkan bahwa mereka tampaknya Islam, tetapi bukan Islam yang sesungguhnya.

Sekitar 60 tahun lalu, Clifford Geertz memunculkan istilah abangan dan santri. Kelompok abangan ialah mereka yang disebut Islam KTP. Tidak sulit membedakan kelompok abangan dengan santri. Saat saya belajar di SMP dan SMA, bahkan berkuliah di ITB, tidak banyak kawan yang menjalankan salat. Organisasi mahasiswa luar kampus yang dipilih mahasiswa abangan dan mahasiswa santri berbeda.

Secara bertahap, sesuai dengan pertambahan usia dan perkembangan masyarakat, mereka yang dulu disebut Islam KTP itu mulai belajar tentang Islam. Banyak di antara mereka yang beribadah salat dengan baik. Tidak sedikit di antara mereka yang pergi haji. Bahkan, ada yang lebih taat daripada mereka yang sejak dulu termasuk kelompok santri. Masjid dalam kampus PTN terkenal, seperti UI, IPB, ITB, UGM, dan ITS, menjadi basis kegiatan anak muda Islam terdidik.

Setelah ormas-ormas dan partai Islam menerima Pancasila, batas antara abangan dan santri makin samar. Di mata pemilih kalangan santri, partai Islam tidak jauh berbeda dengan partai berasas Pancasila yang juga ikut berjuang bagi aspirasi politik bernuansa Islam. Banyak perempuan yang dulu termasuk kelompok abangan atau Islam KTP kini menggunakan jilbab. Kantor-kantor, hotel-hotel, bandara, stasiun KA, dan pelabuhan menyediakan musala bagi masyarakat luas. Pompa besin berlomba menyediakan musala yang bersih dan nyaman. Sungguh suatu perubahan yang menggembirakan.

***

Setelah banyak sekali mereka yang kita sebut Islam KTP menjalankan ibadah mahdhoh (ritual) dengan tekun, apakah hampir semua muslim di Indonesia bisa kita sebut sebagai pemeluk Islam yang taat? Kalau kriteria Islam taat itu adalah bersalat, berhaji, dan berderma, jawabannya pasti positif. Tetapi, kita perlu meninjaunya dari sudut pandang yang lebih luas. Kita saksikan di dalam kehidupan sehari-hari terdapat realitas yang amat bertentangan dengan fakta itu. Praktik korupsi makin marak di pusat maupun daerah.

Kejujuran atau sikap amanah masyarakat tidak menggembirakan. Rasa saling percaya dalam masyarakat menipis. Sudah banyak anak Islam seusia pelajar SMP yang berhubungan seks. Amat sulit bagi kita menjelaskan kontradiksi seperti itu.

Salat, puasa, dan haji adalah simbolisasi ibadah mahdhoh, yang bersifat ragawi. Substansi atau tujuan tiga ibadah itu, yang bersifat batiniah, tidak berbeda. Dengan salat, kita diharapkan tercegah dari perilaku keji dan mungkar. Seberapa banyak umat Islam Indonesia yang bisa mencapai tingkat seperti itu? Bukan hanya orang awam, tetapi juga banyak tokoh.

Menurut surat Al Baqarah ayat 183, ibadah puasa diharapkan membuat kita menjadi orang yang bertakwa. Ayat 188 surat tersebut berbunyi, ”Janganlah kamu memakan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu
dengan jalan dosa padahal kamu mengetahui.”

Kini kita menyaksikan banyak sekali muslimin di Indonesia, termasuk kaum terpelajar, pejabat, kelompok profesional, bahkan mungkin sedikit tamatan pesantren, yang berpuasa Ramadan, tetapi ternyata tidak mencapai dampak positif dari ibadah mahdhoh itu seperti yang dipesankan Al Baqarah ayat 183-188. Banyak di antara kita yang masih memperjualbelikan keadilan. Apa sebutan yang tepat bagi mereka yang berpuasa tetapi dengan sadar terus-menerus melanggar larangan Allah? Apakah mereka itu kita sebut Islam KTP atau Islam yang taat?

Kita juga menyaksikan banyak muslimin yang sudah berhaji (dan mungkin berumrah berkali-kali), tetapi dampak ibadah haji dan umrah itu belum sesuai dengan harapan. Seakan ibadah vertikal (kepada Tuhan) dan perilaku sosial (yang berpotensi ibadah) tidak menyambung dan terputus, bahkan bertolak belakang. Padahal, seharusnya ada kaitan yang kuat antara ibadah ritual (vertikal) dan sosial itu.

Kita perlu bertanya, mengapa Denmark yang konon mayoritas penduduknya tidak percaya kepada Tuhan bisa menjadi negara yang paling bersih dari korupsi dan Indonesia yang sering kita klaim sebagai negara agamais (religius) ternyata termasuk negara yang indeks korupsinya tidak baik?

***

Kita juga menyaksikan bahwa jutaan umat Islam masih membutuhkan uluran tangan sesama muslim. Potensi zakat baru tergali antara 5–20 persen. Syukur dalam beberapa tahun terakhir pengumpulan zakat, infak, dan sedekah meningkat tajam.

Kondisi yang kontradiktif itu sudah berlangsung lama sekali dan tidak banyak di antara kita yang mengkaji secara serius penyebab hal itu terjadi.
Kita tetap asyik dengan ibadah mahdhoh dengan cara seperti itu, seakan tidak peduli dengan kontradiksi tersebut. Para mubalig masih tetap asyik bicara tentang dampak positif ibadah-ibadah itu tanpa menyinggung dampaknya yang nyata dalam masyarakat, yang tidak nyambung dengan keindahan ibadah tersebut.

Tentu tulisan ini tidak bermaksud mengurangi ibadah ritual, tetapi mendorong upaya mengkaji penyelarasan ibadah ritual dengan perilaku sosial kita.
Apakah sebutan yang tepat bagi muslimin/muslimat yang beribadah mahdhoh, tetapi perilakunya buruk? Islam KTP atau Islam taat? Kalau taat secara ragawi, tetapi tidak taat secara batiniah, apakah masih layak disebut Islam yang taat? Tidak mudah menjawab pertanyaan itu.

Atau lebih baik dihilangkan saja istilah Islam KTP dan Islam taat? Yang penting, umat Islam harus taat menjalankan ibadah ritual dengan baik sehingga berdampak positif terhadap perilaku kita. Kita berjuang menjadi orang baik, yang berlaku baik terhadap orang lain, apa pun agamanya, apa pun pangkatnya, tidak peduli kaya atau miskin. (*)

*) KH Salahuddin Wahid, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang

Minggu, 05 September 2010

Hakikat Menghadap Kiblat

Dalam waktu yang hampir bersamaan, ada dua berita besar yang sangat mengguncang kehidupan umat Islam Indonesia. Pertama, berita perubahan arah kiblat. Kedua, berita dugaan korupsi dalam penyelenggaraan ibadah haji. Bahkan, berita pertama menghiasi halaman depan koran terbesar di Timur Tengah, Ash-Sharq Al-Awsat (17/7).

Mungkin meledaknya dua berita besar itu dalam waktu yang hampir bersamaan hanyalah kebetulan. Tapi, bisa juga fakta tersebut dimaknai sebagai rencana Ilahi untuk menciptakan perubahan besar dalam kehidupan umat Islam Indonesia. Pertimbangannya, hal pertama (kiblat=salat) sangat menentukan keselamatan umat Islam di akhirat. Lalu, hal kedua (korupsi) sangat memengaruhi kebaikan hidup umat Islam di dunia.

Menghadap Kiblat
Terkait dengan fakta tersebut, ada tiga hal yang bisa dilakukan umat Islam. Pertama, memperbaiki arah kiblat secara ritual saat melaksanakan salat. Sesuai dengan fatwa terakhir Majelis Ulama Indonesia (MUI), umat Islam Indonesia harus menjalankan salat dengan mengarah ke barat laut.

Secara fikih, sebenarnya perubahan dalam fatwa MUI tidak terlalu dibutuhkan. Sebab, kewajiban umat Islam hanyalah menunaikan salat dengan menghadap arah (syathrah) kiblat, bukan titik (‘ain) kiblat secara mutlak dan kurat (sesuai dengan kandungan surat Al Baqarah: 144).

Karena itu, pergeseran posisi tersebut tidak mewajibkan umat Islam Indonesia mengubah arah kiblat saat menunaikan salat. Kecuali, posisi kiblat bergeser secara radikal sehingga tak lagi mengarah ke barat (bagi umat Islam Indonesia), melainkan ke selatan, utara, bahkan timur.

Dengan demikian, dapat ditegaskan, melakukan salat dengan mengarah ke barat seperti kebiasaan selama ini (atau agak serong sedikit) sama sahnya dengan mengarah ke barat laut (sebagaimana fatwa terakhir MUI). Hal yang jauh lebih penting untuk ditegaskan, fatwa MUI itu tidak boleh menjadi pemicu kontroversi di kalangan umat Islam Indonesia. Fatwa tersebut juga tidak boleh membuat umat Islam Indonesia saling menyalahkan dan memicu konflik.

Makna Spiritual
Hal kedua adalah perubahan menghadap kiblat secara spiritual. Umat Islam memang diwajibkan melakukan salat dengan menghadap kiblat. Tapi, Islam tidak menyuruh umatnya menyembah Kakbah yang terbuat dari batu. Sebaliknya, umat Islam diwajibkan menyembah Allah yang tidak terikat dengan tempat, ruang, dan waktu, melainkan mengetahui semua tempat, ruang, dan waktu.

Secara spiritual, ajaran menghadap kiblat tak lain bertujuan membimbing umat agar senantiasa menghadapkan diri kepada Allah dengan seluruh jiwa-raga serta akal-pikiran sekaligus menyadari pengawasan Allah.

Karena itu, bila benar-benar menghadap kiblat, seorang muslim tidak akan pernah merasa punya ruang atau waktu kosong tanpa pengawasan Allah. Maka, seorang muslim yang benar-benar menghadap kiblat tidak akan pernah merasa punya ruang atau waktu kosong untuk melakukan keburukan, termasuk korupsi. Sebab, sesungguhnya Allah senantiasa hadir dan mengetahui semua ruang, tempat, dan waktu.

Sebuah riwayat menyebutkan, pada zaman dulu ada seorang tokoh besar yang menasihati anaknya agar tidak melakukan keburukan, kecuali di tempat yang tak diketahui Allah. Akhirnya, sang anak tak bisa melakukan keburukan apa pun karena tidak ada tempat, ruang, dan waktu yang terlepas dari pengawasan Allah SWT.

Tampaknya, masih sangat sedikit umat Islam Indonesia yang menjalankan ajaran menghadap ke kiblat secara sempurna, tak terkecuali kalangan pejabat yang mengurus penyelenggaraan ibadah haji. Buktinya, persoalan korupsi tidak kunjung selesai hingga hari ini. Belakangan, skandal korupsi justru berembus kencang dari lingkaran pejabat yang berkaitan dengan ibadah haji. Bahkan, ada sebagian pihak yang menjadikan uang hasil kejahatan seperti korupsi sebagai modal melaksanakan ibadah haji.

Makna Sosial

Hal ketiga adalah perubahan menghadap kiblat secara sosial. Setiap hari, setidaknya lima kali umat Islam menghadapkan diri ke kiblat melalui salat wajib lima waktu. Bila jumlah total umat Islam 1 miliar, ada 5 miliar kali wajah yang menghadap ke kiblat setiap hari. Jumlah tersebut jauh lebih banyak bila ditambah dengan salat-salat sunah.

Cukup disayangkan menghadap kiblat selama ini cenderung dilakukan untuk menggugurkan kewajiban ritual semata yang hampir tidak membekas secara sosial. Padahal, ajaran itu menyimpan potensi yang luar biasa secara sosial. Perubahan menghadap kiblat secara sosial pun menjadi kebutuhan mutlak ke depan; dari hanya menggugurkan kewajiban ritual menjadi menyuburkan makna sosial.

Salah satu makna sosial yang bisa ditumbuhkan melalui ajaran menghadap kiblat adalah upaya membangun kebersamaan dan kekompakan. Sejauh ini, kebersamaan dan kekompakan menjadi kelemahan paling mendasar bagi umat Islam. Mereka senantiasa terpecah belah karena perbedaan-perbedaan yang ada. Padahal, semua umat Islam tetap menghadap ke kiblat yang sama, apa pun aliran fikih dan pemikiran mereka. (*)

*) Hasibullah Satrawi, alumnus Al Azhar, Kairo, Mesir, dan peneliti di Moderate Muslim Society (MMS), Jakarta

Raja Fahd, Kesederhanaan Islam . . .







Rabu, 03/08/2005 01:15 WIB



Makam Raja Fahd Hanya Ditandai Nisan Kecil
Ardian Wibisono - detikNews

Jakarta - Tidak seperti lazimnya upacara pemakaman pemimpin negara, pemakaman Raja Fahd jauh dari kesan mewah. Jenazah Raja Fahd dimakamkan di kuburan Al Oud di daerah padang pasir. Makamnya pun hanya ditandai batu nisan kecil yang tidak diberi tanda nama.

Tata cara pemakaman itu sesuai dengan paham Islam Wahhabi yang dianut Kerajaan Arab Saudi. Sebelum pemakaman, Masjid Imam Turki bin Abdullah dipadati ribuan warga Arab Saudi yang menyalatkan jenazah raja Fahd. Seperti yang dilaporkan kantor berita AP, Rabu (3/8/2005), jenazah Raja Fahd itu dibungkus kain sederhana berwarna coklat dan digotong di atas papan kayu oleh anak-anaknya.

Ribuan orang memadati upacara pemakaman pemimpin Arab Saudi tersebut. Mereka berdiri sambil mengangkat tangan dan tak henti-henti bertakbir. Pemakaman Raja Fahd juga tertutup bagi orang non Islam. Ratusan polisi Arab Saudi terlihat melakukan penjagaan ketat sepanjang upacara pemakaman.

Jalan dan toko dalam radius 650 meter dari masjid tempat jenazah disalatkan ditutup. Anjing pelacak dan alat pendeteksi juga digunakan untuk memeriksa kendaraan yang melintas.

Beberapa pemimpin negara hadir dalam upacra pemakaman tersebut, antara lain Raja Abdullah II dari Yordania, Sultan Brunei, dan PM Irak Ibrahim al-Jaafari. Pewaris tahkta Kerajaan Arab Saudi Pangeran Abdullah juga hadir dalam acara pemakaman itu. (mar/)





Dari Wikipedia bahasa Indonesia,

Raja Fahd bin Abdul Aziz Al-Saud (bahasa Arab: فهد بن عبد العزيز آل سعود) (lahir di Riyadh, 1921/1923–1 Agustus 2005) adalah Raja sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi.

Pada tahun 1953, dalam usia 30 tahun, Fahd dilantik sebagai Menteri Pendidikan oleh ayahnya, Raja Abdulaziz bin Abdulrahman Al-Saud. Kemudian pada tahun 1962 dia menjadi Menteri Dalam Negeri. Lima tahun kemudian, Fahd menjadi Wakil Perdana Menteri Kedua.

Pada 25 Maret 1975, Raja Faisal dibunuh keponakannya dan Raja Khalid naik takhta. Fahd dipilih menjadi Putra Mahkota dan Wakil Perdana Menteri Pertama. Pada masa-masa akhir pemerintahan Raja Khalid, Fahd dipandang sebagai perdana menteri de facto.

Saat Raja Khalid meninggal dunia pada 13 Juni 1982, Fahd menjadi penerus takhta. Dia membangun ekonomi Arab Saudi dan menjalin hubungan yang erat dengan pemerintah Amerika Serikat.

Raja Fahd terkena stroke pada tahun 1995 dan kondisinya melemah. Tugas menjalankan kerajaan pun diberikan kepada Putra kota Abdullah. Raja Fahd wafat pada 1 Agustus 2005.

USAI MENYAKSIKAN JENAZAH RAJA FAHD, SEORANG PENDETA ITALIA MASUK ISLAM
August 18th, 2007 salam

Sabtu, 20 Agustus 05 Hidayah Allah datangnya tidak bisa diraba-raba. Apabila Allah menghendaki maka ia akan mendatangi hamba yang berbahagia itu. Demikianlah kisah seorang pendeta asal Italia.

Seorang pendeta terkenal di Italia mengumumkan masuk Islam setelah menyaksikan jenazah raja Arab Saudi, Fahd bin Abdul Aziz, untuk kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal itu terjadi setelah ia melihat betapa sederhananya prosesi pemakaman jenazah yang jauh dari pengeluaran biaya yang mahal dan berlebihan.

Sang mantan pendeta telah mengikuti secara seksama prosesi pemakaman sang Raja yang bersamaan waktunya dengan jenazah yang lain. Ia melihat tidak ada perbedaan sama sekali antara kedua jenazah tersebut. Keduanya sama-sama dishalatkan dalam waktu yang bersamaan.
Pemandangan ini meninggalkan kesan mendalam tersendiri pada dirinya sehingga gambaran persamaan di dalam Islam dan betapa sederhananya prosesi pemakaman yang disaksikan oleh seluruh dunia di pekuburan ‘el-oud’ itu membuatnya dan merubah kehidupannya. Tidak ada perbedaan sama sekali antara kuburan seorang raja dan penguasa besar dengan kuburan rakyat jelata. Karena itulah, ia langsung mengumumkan masuk Islam.

Salah seorang pengamat masalah dakwah Islam mengatakan, kisah masuk kisah masuk IslamIslamnya sang pendeta tersebut setelah sekian lama perjalanan yang ditempuh mengingatkan pada upaya besar yang telah dikerahkan di dalam mengenalkan Islam kepada sebagian orang-orang Barat. Ada seorang Da’i yang terus berusaha sepanjang 15 tahun untuk berdiskusi dengan pendeta ini dan mengajaknya masuk Islam. Tetapi usaha itu tidak membuahkan hasil hingga ia sendiri menyaksikan prosesi pemakaman Raja Fahd yang merupakan pemimpin yang dikagumi dan brilian. Baru setelah itu, sang pendeta masuk Islam.

Sang Muslim baru yang mengumumkan keislamannya itu pada hari prosesi pemakaman jenazah pernah berkata kepada Dr al-Malik, “Buku-buku yang kalian tulis, surat-surat kalian serta diskusi dan debat yang kalian gelar tidak bisa mengguncangkanku seperti pemandangan yang aku lihat pada pemakaman jenazah raja Fahd yang demikian sederhana dan penuh toleransi ini.”

Ia menambahkan, “Pemandangan para hari Selasa itu akan membekas pada jiwa banyak orang yang mengikuti prosesi itu dari awal seperti saya ini.”

Ia meminta agar kaum Muslimin antusias untuk menyebarkan lebih banyak lagi gambaran toleransi Islam dan keadilannya agar dapat membekas pada jiwa orang lain. Ia menegaskan, dirinya telah berjanji akan mengerahkan segenap daya dan upaya dari sisa usianya yang 62 tahun in untuk menyebarkan gambaran Islam yang begitu ideal. Semoga Allah menjadikan keislamannya berkah bagi alam semesta…

Sumber : http://salam-online.web.id/2007/08/18/usai-menyaksikan-jenazah-raja-fahd-seorang-pendeta-italia-masuk-islam.html