Apa sih Jujur ?
Jujur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah :
- tulus, tidak culas, lurus hati
- wan yang harus diberikan pengantin laki kepada mertua perempuan
Jujur menurut Al Quran adalah Shidq, yang mempunyai makna dasar “kuat”. Orang
yang shidq (benar / jujur) adalah kuat, karena itu dia berani.
Kejujuran mencakup semua hal dari sejak kita berniat sampai beraktifitas. Kata
Nabi, “lakukanlah kejujuran dalam segala aktifitas kamu”. Mau berjuang, kita
harus jujur, kalahpun harus jujur.
Doa Nabi adalah masukkan aku dengan jujur, dan keluarkan aku dengan jujur pula.
Kejujuran dalam berucap
Kejujuran dalam berucap bukan sekedar benar isinya melainkan juga harus tepat.
Seperti contoh, ada ayat QS yang mengatakan “Tiap-tiap yang hidup itu pasti
mati”, namun bila kita sampaikan ayat tersebut pada pesta pernikahan maka kita
sudah tidak berbuat jujur, karena tidak tepat walaupun ayat tersebut benar.
Lawan jujur dalam berucap adalah berbohong. Berbohong adalah mengucapkan
sesuatu yang bertentangan dengan yang Anda ketahui. Kita dilarang untuk
berbohong, karena bisa menyesatkan dan menyengsarakan orang lain. Orang yang
berbohong adalah orang yang lemah, orang yang takut dan memiliki kompleks
kejiwaan yang sakit. Karena lemah yang melahirkan kebohongan itulah maka orang
tersebut dikatakan ‘tidak shidq’. Orang yang tidak kuat berpeluang besar untuk
tidak jujur.
Pesan nabi : “Jangan berbohong. Kamu mengira dengan berbohong dapat
menyelamatkanmu padahal berbohong dapat mencelakakanmu”.
Berbohong dapat dibenarkan hanya dalam 3 kondisi :
- dalam peperangan.
- melakukan ishlah dalam menyatukan kembali dua orang yang sedang bermusuhan
- gombal kepada pasangan suami/isteri kita.
Ketika kita terpaksa harus berbohong dalam 3 kondisi tersebut kita pun harus
jujur. Bagaimana maksudnya ? Katakan dan tekadkan dalam diri “Saya berbohong
ini karena diperintah oleh Allah, untuk memenangkan peperangan, atau untuk
mendamaikan dua orang yang sedang bermusuhan atau untuk menyenangkan hati
suami/isteri saya”.
Kejujuran dalam berucap adalah berkata benar dan tepat.
Kejujuran dalam berniat
Jujur dalam berniat adalah kita harus tulus, ikhlas baik kepada Tuhan maupun
kepada manusia. Bahkan dalam bersedekahpun kita harus jujur. Sedekah asal
katanya pun dari Shidq atau Shidqah, yang artinya jujur (harus tulus, ikhlas).
Memberikan mahar kepada pengantin wanita pun disebut dengan shidaq. Karena itu
memberikan mahar kepada pendamping wanita harus disertai niat yang tulus,
ikhlas.
Kejujuran dalam berniat adalah berniat dengan tulus ikhlas, baik kepada Tuhan
maupun kepada manusia.
Kejujuran dalam bertindak
Dalam bertindak pun kita harus jujur. Jangan curang, jangan menipu dan jangan
memanipulasi fakta dan data. Bertindakpun selain kita harus benar juga harus
tepat. Misalkan dalam ingin bertindak melawan kejahatan, bagi kita sebagai
rakyat tindakan yang jujur adalah melaporkan kejahatan kepada pihak kepolisian.
Tidak jujur bila kita main hakim sendiri. Bagi polisi, jujur apabila melawan
kejahatan dengan mengejar dan menangkap pelakunya. Pengadilan yang jujur adalah
pengadilan yang mampu memberikan hukuman setimpal dengan perbuatannya.
Dalam berdagangpun kita harus jujur, ungkapkan aib barangnya, jangan sampai
ditutup-tutupi. Rasulullah mengajarkan hal ini dalam berdagang, apakah lantas
barang dagangannya kemudian menjadi tidak laku. Malah sebaliknya, sangat laku
keras, sehingga beliau terkenal seorang pedagang yang jujur dan orang-orangpun
datang berbondong-bondong kepadanya.
(Dalam perusahaan, apabila kita melayani pelanggan kita harus terbuka, itulah
yang sering dituangkan dalam “Term & Condition” agar pelanggan nantinya tidak
kecewa karena apa yang diharapkan dari pelayanan maupun barang yang dibeli
tidak sesuai).
Pada siapa saja kita harus jujur ?
Kejujuran Pada Diri Sendiri
Kejujuran pada diri sendiri adalah kejujuran yang dilandasi pada pengakuan diri
bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kekurangan. Apabila dirinya tidak mampu
untuk mengerjakan sesuatu maka dia akan katakan “tidak mampu”. Apabila dirinya
memang tidak tahu, maka dia akan katakan “tidak tahu”. Orang yang mengakui
kelemahan dirinya adalah orang yang lebih berpengetahuan daripada orang yang
mengatakan “bisa”, “tahu” padahal dirinya “tidak bisa” dan “tidak tahu”.
Kejujuran Pada Manusia
Kejujuran mengantar seseorang dan orang lain mendapat kebaikan dan mengantarnya
ke surga. Jujur pada anak-anak kita adalah mengakui dengan sepenuh hati
kemampuan, kekurangan dan keterbatasan mereka. Sehingga jujur pada anak kecil
adalah menerima kesalahan-kesalahan kecilnya, tidak memaki dia, tidak membebani
dia dengan beban berat.
Jujur pada pasangan kita (suami/isteri) adalah jujur yang sangat terbuka. Kata
Nabi hubungan pasangan suami/isteri adalah bak laksana luar angkasa, tidak ada
batas di antara mereka seluas luar angkasa. Kalau antara mereka masih ada
gengsi, takut untuk terbuka maka masih ada batas antara keduanya. Ini yang
seharusnya tidak diharapkan. Seharusnya diantara mereka adalah saling terbuka,
saling jujur.
Kejujuran Pada Allah
Kejujuran pada Allah adalah kejujuran yang mengakui fakta bahwa Allah adalah
Esa, Satu dan segala sifat-sifatNya yang Agung, seperti Maha Pemurah,
Penyayang. Itulah Tauhid, kejujuran yang paling tinggi kata Nabi. Dampak dari
kejujuran ini adalah sebuah keikhlasan dan ketulusan pada Allah dalam segala
tindak kita.
Catatan :
Kejujuran adalah kekuatan sesuai dengan kata-nya shidq yang berarti kuat.
Kejujuran dapat membuat kita kuat karena kejujuran selalu berpihak pada fakta
dan kebenaran, kita tidak akan tertipu dan khawatir. Kiat-kiat untuk dapat
terus berlaku jujur adalah :
- Carilah teman yang jujur dan hindari teman yang buruk
- Carilah lingkungan yang jujur dan hindari lingkungan yang buruk
- Ingat selalu dampak buruk dari ketidakjujuran
- Ingat kepada Allah.
Prof. Quraish Shihab, Lc
Metro TV, 1 Agustus 2004, 14.00 – 15.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar