Senin, 03 Januari 2011
Bromo, sekolah tanpa atap . . . .
foto karya : zainal arifin, radar bromo (jawa pos group)
Siswa Belajar Beratap Langit
Atap Kelas Ambruk karena Tak Kuat Menahan Abu Bromo
PROBOLINGGO – Kondisi SDN Ngadirejo dan SMPN Satu Atap Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, sunguh memprihatinkan. Karena tak ada ruang kelas yang bisa dipakai setelah atapnya ambruk, para siswa harus belajar di luar kelas kemarin.
Atap bangunan dua sekolah tersebut ambruk karena tidak kuat menahan tumpukan abu dan pasir muntahan Gunung Bromo. Di SMPN Satu Atap, ada empat ruang yang atapnya ambruk. Dua ruangan di sisi barat dan dua ruang di barisan timur.
Saat normal, dua ruang di sisi barat biasa digunakan sebagai ruang guru dan ruangan serbaguna. Dua ruang di sisi timur digunakan sebagai tempat belajar siswa kelas VII dan VIII.
Ruang belajar untuk siswa kelas akhir terletak di tengah-tengah. Atapnya tidak sampai ambruk. Tapi, atap itu dipenuhi tumpukan abu dan pasir muntahan Gunung Bromo.
Kemarin pagi, begitu tiba di sekolah, para siswa kelas VII dan VIII tak langsung mengikuti pelajaran. Mereka harus bergotong royong untuk memindah bangku dan kursi dari dalam kelas yang atapnya roboh ke luar ruang.
Para siswa dengan dua jenjang pendidikan yang berbeda tersebut berkumpul di satu tempat dan mendapatkan materi pelajaran yang sama. Mereka duduk di kursi dengan beratapkan langit. Papan tulis di dalam kelas juga dipindah dan dipaku sekenanya di tembok kelas bagian luar.
”Dicarikan materi pelajaran yang bisa dicerna siswa dua kelas yang berbeda,” kata Sukaji, kepala SMPN Satu Atap.
Aktivitas belajar di luar ruang itu, menurut Sukaji, hanya sementara. ”Kalau hujan, ruang belajar kami geser ke tempat lain,” katanya.
Dia tidak mau mengambil risiko dengan menempatkan siswanya di ruang yang atapnya ambruk. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo Supanut memantau aktivitas belajar dan kondisi sekolah yang ambruk itu.
Dia didampingi Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Sukapura Alamsyah. ”Mulai besok (hari ini, Red), pemkab mendirikan tenda besar di dua sekolah itu sehingga siswa tidak lagi belajar di luar,” katanya. Apalagi, sampai kemarin hujan abu masih terjadi di Desa Ngadirejo, meski tidak separah sebelumnya.
Ditambahkan Supanut, pihaknya telah mengajukan permohonan bantuan rehab bangunan sekolah yang atapnya ambrol ke pemkab. ”Bupati juga telah melaporkannya ke Pemprov Jatim. Dinas Pendidikan Jatim akan meninjau gedung sekolah yang ambruk,” tuturnya. (qb/yud/jpnn/c13/bh)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar