Selasa, 11 Januari 2011

Merapi, Lahar Dingin

















Jalur Magelang–Jogja Lumpuh Tiga Hari

Banjir Lahar Dingin Merapi,
Lima Desa Terendam Pasir

MAGELANG – Banjir lahar dingin pada Minggu malam lalu (9/1) masih melumpuhkan jalur utama yang menghubungkan Magelang–Jogjakarta kemarin (10/1). Bahkan, akibat besarnya volume timbunan pasir setinggi sekitar 3 meter, jalur Magelang–Jogjakarta diperkirakan belum bisa dilintasi kendaraan selama tiga hari. Hingga kemarin ratusan ribu meter kubik material lahar dingin dari Gunung Merapi masih menumpuk di sejumlah lokasi di Magelang.

Seperti dilaporkan Radar Semarang dan Radar Jogja (Jawa Pos Group), lima desa di Kecamatan Salam, Ngluwar, dan Muntilan, Kabupaten Magelang, juga rusak atau terendam akibat banjir lahar dingin itu. Kerusakan paling parah terlihat di tiga desa di Kecamatan Salam. Belasan dusun di tiga desa tersebut terendam lahar dingin.
Yakni, Dusun Seloireng dan Gempol di Desa Jumoyo. Lalu, sembilan dusun di Desa Sirahan, yakni Dusun Salakan, Candi, Jetis, Glagah, Sirahan, Gemampang, Gebayan, Tempelan, dan Trayem Bendo. Selain itu, beberapa dusun di Desa Seloboro.
Menurut Wakil Bupati Magelang Zaenal Arifin, pihaknya sudah mengerahkan puluhan alat berat ke lokasi yang terkena dampak sekunder erupsi Gunung Merapi tersebut. Sejumlah titik yang menjadi fokus utama adalah jalan utama Magelang–Jogjakarta dan Desa Sirahan di Kecamatan Ngluwar. ’’Masih kita upayakan pembersihan dengan mengerahkan alat berat,’’ tuturnya.

Untuk membersihkan volume timbunan pasir yang sangat besar di jalur Magelang–Jogjakarta, enam alat berat telah dikerahkan. Namun, pembersihan diperkirakan memakan waktu lebih dari dua hari. Sebab, jalur yang tertutup lahar cukup luas dengan volume timbunan cukup tinggi. ’’Mungkin tiga hari ke depan baru bisa dibuka,’’ jelas Zaenal.
Berdasar pantauan di lokasi, aliran banjir baru muncul lagi di sebelah pasar Desa Jumoyo dan melintas hingga merusak lima desa. Jaraknya hampir 50 meter dari aliran baru yang muncul saat banjir lahar dingin pada Senin pekan lalu (3/1). Saat ini aliran lahar dingin justru semakin lurus setelah sejumlah sabo dam penahan banjir ambrol. ’’Banyaknya sabo dam yang ambrol di hulu sungai membuat aliran banjir makin deras,’’ kata Repyo, petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Ngepos, Srumbung, Magelang.
Alur sungai baru itu memiliki lebar sekitar 10 meter. Bermula dari kawasan Gempol, Desa Jumoyo, kemudian mengalir menuju Desa Trayem Mbendo, Desa Sirahan, baru kembali ke jalur awal di Kali Putih.

Dengan banyaknya material Merapi di bantaran Kali Putih, normalisasi membutuhkan waktu cukup lama. Malah nyaris tidak mungkin dilakukan. Sebab, setiap kali normalisasi, banjir yang datang beberapa jam langsung memenuhi badan sungai.
Hal itu tentu mengkhawatirkan. Aliran baru yang tidak memiliki tanggul pemisah dengan permukiman warga membuat ancaman banjir lahar dingin semakin besar. ’’Selama musim hujan, banjir lahar dingin sangat mungkin terjadi,’’ tutur Repyo. Apalagi, lanjut dia, material Merapi yang turun melalui sejumlah sungai masih menyisakan ratusan juta meter kubik.

Berdasar informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta, erupsi Merapi pada akhir tahun lalu telah meluluhkan sekitar 150 juta meter kubik material vulkanis. Sebanyak 30 persen di antaranya mengarah ke delapan sungai di Kabupaten Magelang, yakni Kali Putih, Bedog, Krasak, Lamat, Senowo, Sat, Trising, dan Apu. Sementara itu, 50 juta meter kubik material mengarah ke Magelang.

Akibat terputusnya Magelang–Jogjakarta, Satlantas Polres Magelang mengalihkan arus kendaraan lewat dua jalur. Yakni, melalui Kecamatan Ngluwar dan Srumbung. ’’Kita alihkan sementara sambil menunggu pekerjaan (pengerukan) selesai,’’ jelas Kapolres Magelang AKBP Kif Aminanto.

Meski begitu, di sejumlah ruas menuju Jogjakarta terjadi penumpukan kendaraan. Terutama di daerah Muntilan dan Kecamatan Salam. Banyak pengguna jalan yang tidak tahu jalur alternatif. Sementara itu, jalur alternatif yang sebelumnya sering digunakan warga, melalui Desa Progowati yang melewati jembatan bailey, kembali putus. Banjir lahar kembali merusak jembatan yang baru terpasang pada tahun baru lalu.
Untuk mengamankan lokasi yang tertimbun banjir lahar dingin, polisi menerapkan pengamanan berlapis dengan mengerahkan 110 personel dari satuan lalu lintas dan pengendali massa (dalmas). ’’Saya imbau warga tidak terlalu dekat agar pembersihan segera selesai,’’ seru Kif Aminanto.

Belum ada laporan resmi soal kerusakan secara keseluruhan dalam bencana tersebut. Sedikitnya 64 rumah di Kecamatan Salam hilang atau tenggelam di bawah material vulkanis. Sebanyak 60 rumah berada di Desa Jumoyo dan empat rumah di Desa Sirahan.
Kepala Desa Jumoyo Sungkono menyebut, bagian atap 60 rumah di wilayahnya tersebut sama sekali tidak terlihat. ’’Saat ini lokasi rumah-rumah itu berubah menjadi sungai dengan timbunan material setebal tiga meter,’’ ujarnya.

Di Desa Jumoyo, 60 rumah hilang tersebut berada di Dusun Gempol (49 rumah), Dusun Seloireng (5 rumah), Dusun Kadirogo (1 rumah), dan Dusun Tegalsari (5 rumah). Saat banjir lahar sebelumnya, rumah-rumah di Dusun Gempol terendam material vulkanis setebal 2 meter.
’’Di Dusun Gempol dan Seloireng, 93 rumah rusak dan 39 aman dari terjangan lahar dingin. Tetapi, semua pemiliknya mengungsi,’’ lanjut Sungkono.

Selain rumah yang rusak dan hilang, 54 tempat usaha (kios dan toko) hancur total sehingga tidak bisa digunakan lagi. ’’Sembilan di antara 16 dusun di Desa Sirahan terendam lahar dengan ketinggian bervariasi. Hampir 90 persen rumah di sembilan dusun tersebut terendam lahar. Kondisi paling parah terjadi di Dusun Salakan, Jetis, Glagah,
dan Sirahan,’’ kata perangkat Desa Sirahan Martono.

Kaur Kesra Desa Sirahan Muhammad Rochim menambahkan, ketinggian material lahar dingin yang merendam rumah warga rata-rata mencapai 2 meter lebih. ’’Setinggi persis di bawah genting dan sulit menyelamatkan barang-barang serta harta penduduk. Apalagi banjir lahar menerjang secara tiba-tiba pada malam hari,’’ papar Rochim.

Tidak hanya itu, sekitar tujuh mobil terendam. Begitu pula puluhan truk penambang yang berada di bantaran Kali Putih. ’’Puluhan sepeda motor milik warga juga masih coba dievakuasi karena terjebak dan terendam material banjir lahar dingin,’’ urainya.
Sejumlah fasilitas umum juga terendam material lahar. Di antaranya, balai desa, Puskesmas Pembantu Kecamatan Salam, dan tiga sekolah (dua TK dan satu SD Negeri Sirahan II). ’’Saat ini sungai bentukan akibat banjir lahar dingin membelah Desa Sirahan dan membuat warga waswas,’’ lanjutnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Priyo Gani Waskito menyebut, ada enam sekolah yang terendam lahar dingin Kali Putih. Yakni, SD Negeri Sirahan I (70 siswa), SD Negeri Sirahan II (125 siswa), SD Negeri Seloboro I (156 siswa), serta TK Al-Husain, TK Pertiwi, dan TK Seloboro (total 150 siswa). ’’Satu di antaranya, yakni bangunan TK Pertiwi Sirahan, hilang akibat diterjang lahar dingin,’’ ungkapnya.
Saat ini jumlah pengungsi banjir lahar dingin pun membeludak. Jika sebelumnya terdata 1.272 orang, kemarin jumlah pengungsi mencapai 3.554 orang. Mereka tersebar di delapan lokasi.

Selain di Magelang, dampak banjir lahar dingin Merapi terasa di Kabupaten Sleman dan Klaten. Di Sleman, setelah melalap sedikitnya lima dusun di Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, banjir lahar dingin pada Minggu malam (9/1) mengakibatkan tiga rumah di Dusun Besalen, Desa Glagaharjo, hanyut. Selain itu, banjir menenggelamkan belasan rumah warga di Dusun Guling, Desa Argomulyo. Itu terjadi akibat tanggul Kali Gendol di Dusun Besalen ambrol.
’’Tidak ada korban karena warga telah mengungsi di tempat aman,’’ jelas Camat Cangkringan Samsul Bakri kemarin.

Menurut dia, jebolnya tanggul Kali Gendol di Dusun Besalen diikuti padamnya aliran listrik. Jebolnya tanggul menimbulkan suara ledakan yang menggelegar. Ledakan tersebut terjadi akibat benturan antara belerang panas dan air sehingga timbul suara. Letupan itulah yang mengakibatkan bebatuan besar material vulkanis terdorong keluar dan menghantam tanggul. ’’Secondary explosion itu berpotensi kembali terjadi di aliran Kali Gendol,’’ ujarnya.

Di Kabupaten Klaten, banjir lahar dingin Merapi pada Minggu malam lalu mengakibatkan dua truk tertimbun di Kali Woro. Tidak seperti sebelumnya, aliran banjir lahar dingin kali ini sangat kencang dan besar. Saat ini banjir lahar dingin telah menyentuh Dukuh Tengklik, Desa Joton, Kecamatan Jogonalan, yang berjarak sekitar 23 km dari puncak Merapi.

Sebelum sampai di Jogonalan, lahar dingin menerjang dua truk yang memuat pasir di tengah Kali Woro yang terletak di antara Dukuh Beteng, Desa Sukorini, dan Desa Kecemen. Dua truk yang disopiri Tejo Sunaryo dan Agus itu rusak parah. Saat diangkat kemarin siang, dua truk tersebut tinggal rangka.

Karena banjir lahar dingin itu, sekitar 300 warga Dusun Beteng, Desa Sukorini, diungsikan ke Balai Desa Kadilajo, Kecamatan Karangnongko. Warga beberapa dusun di desa tersebut juga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sementara itu, padi dan berbagai tanaman lain tertimbun pasir.

Camat Manisrenggo, Klaten, Wahyudi Martono meramalkan aliran banjir lahar dingin dari Merapi lebih besar beberapa hari ke depan. Karena itu, dia meminta warga di lima desa di Kecamatan Manisrenggo lebih waspada. Lima desa itu adalah Ngemplak Seneng, Kecemen, Sapen, Sukorini, dan Borangan.

’’Saat ini aliran Kali Woro penuh pasir. Jika hujan terus berlangsung, banjir lahar dingin tak terhindarkan lagi. Begitu hujan turun, air akan mengalir ke segala arah dengan cepat,’’ jelasnya.

Untuk meminimalkan risiko, dia mengumpulkan para kepala desa dan BPD (badan pengawas desa). Selain meningkatkan kewaspadaan, dia meminta mereka bekerja bakti secara mandiri. Yakni, membersihkan bantaran Kali Woro, normalisasi aliran Kali Woro, dan menebang pohon yang berada di antara aliran Kali Woro. ’’Biar lahar dingin bisa mengalir. Jika tidak, lima desa itu bisa terancam,’’ tuturnya. Warga lima desa tersebut juga diminta untuk mengintensifkan jaga malam. (vie/dem/yog/jko/c1/jpnn/c7/dwi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar