Senin, 01 Maret 2010

Mengenal Alam Kubur.

Ibnul Jauzy menulis bahwa kematian itu lebih pedih daripada sabetan pedang. Orang yang disabet pedang tentu akan berteriak dan melolong mengemis pertolongan dengan sisa-sisa tenaganya. Tetapi orang yang meninggal dunia tidak bisa berteriak lagi karena pedihnya rasa sakit yang dialaminya.

Penderitaannya mencapai puncak sehingga hati dan seluruh anggota tubuhnya menjadi lemas. Ruhnya dicabut dari setiap nadi dan setiap anggota tubuhnya secara perlahan-lahan. Pada awal mula dua telapak kakinya terasa dingin, betis, paha lalu terus hingga ke kerongkongan.

“…..Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):”Keluarkanlah nyawamu” ………..” (QS.Al-An’aam(6):93).

Pada saat itu pandangan matanya kepada dunia dan keluarga terputus dan pintu taubat sudah ditutup baginya. Rasulullah bersabda: ” Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selagi dia belum sekarat”. (HR Tirmidzy).

Berikut kisah Nabi Idris as. Beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan shalat sampai puluhan raka’at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris as yang sedemikian banyak tersebut naik ke langit setiap malam.

Hal ini sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail.
Maka bermohonlah ia kepada Allah SWT agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris as di dunia. Allah SWT, mengabulkan permohonan tersebut. Maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.

“Assalamu’alaikum, yaa Nabi Allah”, sapa Malaikat Izrail.
“Wa’alaikum salam wa rahmatullah”, jawab Nabi Idris a.s.

Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya
itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris as memperlakukan Malaikat Izrail dengan penuh hormat. Dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris as mengajaknya makan bersama, namun di tolak. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris as mengkhususkan waktunya “menghadap” Allah sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.

Singkat cerita, keesokan harinya setelah melewati beberapa perbincangan kecil, akhirnya Nabi Idris penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu.

” Siapakah engkau sebenarnya?”, tanya Nabi Idris a.s.
“Aku Malaikat Izrail”, jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris as terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak
berdaya.
“Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku?”, selidik Nabi Idris as serius.
“Tidak”, senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
“Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu”, jawab Malaikat Izrail.

Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.
“Aku punya keinginan kepadamu”, tutur Nabi Idris as.
“Apa itu? Katakanlah !”, jawab Malaikat Izrail.
“Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada
Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku
kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku”, pinta Nabi Idris as.
“Tanpa seizin Allah, aku tak kuasa melakukannya”, tolak Malaikat Izrail.

Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan
permintaan Nabi Idris as. Maka dengan izin Allah, Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris as. Sesudah itu beliaupun wafat. Tak lama kemudian sesuai janji-Nya, Allah SWT segera menghidupkan kembali Nabi Idris as.

“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku?”, tanya Malaikat Izrail.
“Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”, jawab Nabi Idris as.
“Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”, jelas Malaikat
Izrail. Subhaanallah.

Bagaimana pula kita ini, yang jauh dari cara ibadah beliau? Hakikat mati adalah terpisahnya antara jasad dan ruh. Dikatakan orang yang mati akan melihat apa yang tidak dilihatnya selagi masih hidup sebagaimana orang yang terbangun dari tidur yang melihat apa yang tidak bisa dilihatnya saat tidur. Manusia layaknya sedang tidur dan jika mereka mati barulah mereka sadar.

Al-Ghazali berkata : “Manusia itu dalam keadaan tidur dan bila ia telah mati terjagalah ia”.
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki”.(QS.Ali Imraan(3):169).

Ketika seseorang mati, jasadnya akan dikuburkan sebagaimana diperlihatkan kepada Qabil, putra Adam as, bagaimana burung gagak menguburkan bangkai. Kemudian jasad itu sendiri akan hancur dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sedangkan ruh tetap kekal. Ia dapat merasakan siksa maupun nikmat, sebagaimana manusia hidup dapat merasakan berbagai kesenangan dan kegembiraan tanpa tergantung kepada anggota tubuh karena sesungguhnya hatilah yang merasakan segala perasaan tersebut.

Perumpamaannya seperti seorang yang bermimpi, baik mimpi buruk maupun mimpi menyenangkan. Dalam mimpi jasmani seseorang tidak terpengaruh oleh mimpinya, ia tetap berada ditempatnya semula. Namun tidak mustahil jika ruh itu dikembalikan lagi ke jasad saat berada di kubur dan juga tidak mustahil andaikan hal itu ditunda hingga hari berbangkit. Wallahua’lam.

Dari Abdullah Ash-Shan’any, dalam mimpi ia bertemu dan berkata-kata dengan Yazid bin Harun.Yazid berkata : “ Demi Allah yang tiada Ilah selain Dia. Malaikat Munkar dan Nakir telah mendudukkan aku dan bertanya kepadaku, “ Siapakah Rabb-mu? Apa agamamu? Siapa nabimu?”. Kemudian ketika jawaban Yazid memuaskan kedua malaikat maka merekapun berkata: ” Tidurlah seperti tidurnya pengantin dan tidak ada yang mengagetkanmu setelah ini”.

Rasulullah bersabda : “Kubur itu salah satu dari taman-taman surga atau salah satu dari lubang-lubang neraka”.(HR Bukhary-Muslim).

Dari Abu Sa’id, Rasululah juga pernah bersabda : “Andaikan kalian banyak mengingat perusak kelezatan-kelezatan, tentu kalian akan sibuk mempersiapkan apa yang pernah kulihat. Maka perbanyaklah mengingat perusak kelezatan-kelezatan yaitu kematian.

Tidaklah seorang hamba mendatangi kubur melainkan kubur itu berkata : “ Aku adalah rumah yang asing, aku adalah rumah yang sendirian, aku adalah rumah dari tanah, aku adalah rumah yang penuh ulat”. Jika seorang hamba mukmin dikubur, maka kubur berkata, “ Selamat datang. Engkau adalah orang yang paling kucintai dari orang-orang yang mendatangiku. Jika pada hari ini engkau dibawa kesini, maka engkau akan melihat apa yang kuperbuatkepadamu”. Maka dia bisa bebas mengedarkan pandangannya dan dibukakan pintu-pintu menuju surga.

Jika hamba yang buruk atau kafir dikubur, maka kubur berkata kepadanya, “Tiada kuucapkan selamat datang kepadamu, karena engkau adalah orang yang paling kubenci diantara orang yang berjalan mendatangiku. Jika hari ini engkau datang kepadaku, maka engkau akan melihat apa yang kulakukan terhadapmu”. Maka ia dibaringkan dan tulang-tulang iganya berserakan”. (HR Tirmidzy).

dikutip dari vienmuhadi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar